Dalam upaya meningkatkan kebiasaan minum susu di kalangan masyarakat Indonesia tahun ini pemerintah mencanangkan Hari Susu Nusantara yang ditetapkan pada tanggal 1 Juni. Seperti kita ketahui bahwa konsumsi susu masyarakat Indonesia masih rendah yakni sekitar 10,5 liter/kapita/tahun, masih lebih rendah dibanding Vietnam yang mencapai 10,7 liter/kapita/tahun. Penyebab masih rendahnya tingkat konsumsi susu salah satunya adalah belum membudidayanya kebiasaan minum susu dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyukai rasa susu yang terkadang berbau anyir atau terasa “eneg” apabila diminum. Untuk itu saat ini telah dikembangkan berbagai olahan susu yang cukup beragam, salah satunya adalah “KEFIR”. Hampir semua orang tentu tidak asing mendengar istilah yogurt, namun beberapa orang mungkin masih akan mengernyitkan dahi mendengar istilah kefir. Berikut ini akan dibahas segala hal tentang kefir yang cukup banyak manfaatnya bagi kesehatan kita.
Apakah yang dimaksud dengan kefir?
Kefir merupakan minuman yang terbuat dari susu dengan proses fermentasi yang berasal dari daerah Kaukasus. Kefir tradisional berasal dari pegunungan Kaukasus Utara,Rusia dan telah dibuat masyarakat Rusia lebih dari 1400 tahun. Kefir adalah minuman rahasia dan hanya dikonsumsi oleh kaisar atau raja-raja dari Eropa,Asia Barat dan Timur Tengah. Kefir memiliki cita rasa eksotis, jika dinikmati, seperti ada yang mendesis di rongga mulut, sangat menggoda ketika diteguk, sebagai paduan rasa asam, sedikit rasa alkohol dan soda, begitu segar.
Kefir berasal dari bahasa Turki yaitu ”Ke’if” yang artinya keadaan atau kondisi yang baik, atau bias juga diartikan enak atau merasa enak setelah meminumnya. Nama dagang kefir sering juga disebut Kephir, Kiaphur, Kefyr, Kefer, Knapon, Kepi dan Kippe. Produksi kefir dalam skala besar telah dilakukan di Negara Jerman, Austria, brazil, Perancis, Luxemburg, Norwegia, Swiss, Ceko, Israel, USA, Taiwan, Jepang dan Negara Timur Tengah. Kefir yang asli adalah yang berasal dari susu kambing, tetapi dapat juga dibuat dari susu sapi dan susu kedelai. Sejak tahun 1908, kefir telah digunakan sebagai terapi pada sanatorium-sanatorium di Eropa untuk pengobatan paru-paru.
Apa Sajakah Komposisi dari Kefir?
Kadar asam laktat kefir berkisar 0,8-1,1%, alkohol 0,5-2,5%, sedikit gas karbon dioksida, kelompok vitamin B serta diasetil dan asetaldehid. Komposisi dan kadar nutrisi kefir adalah air 89,5%, lemak 1,5%, protein 3,5%, abu 0,6%, laktosa 4,5% dengan nilai pH 4,6. Komponen dan komposisi ini bervariasi, bergantung pada jenis mikrobia starter, suhu, lama fermentasi, serta bahan baku yang digunakan. Bahan baku susu yang berkadar lemak tinggi menghasilkan kefir dengan kadar lemak yang tinggi, dan sebaliknya penggunaan susu skim menghasilkan kefir dengan kadar lemak yang rendah. Banyak sedikitnya asam laktat dan alkohol dalam kefir sangat dipengaruhi oleh kadar laktosa bahan baku, jenis mikrobia starter, dan lama fermentasi.
Bagaimanakah cara pembuatannya?
Kefir dibuat melalui fermentasi susu yang telah dipasteurisasi dan diinokulasi biji kefir selama waktu tertentu. Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kefir adalah susu segar dan starter berupa biji kefir dengan peralatan seperti panic email, pengaduk, saringan plastik, dan kompor/pemanas. Langkah pembuatan kefir adalah sebagai berikut:
- Susu segar (dapat menggunakan susu sapi, kambing atau domba) dengan total padatan 11-12% dipasteurisasi, yaitu dipanaskan pada suhu 85- 90oC selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai suhu kamar (±28oC)
-Ke dalam susu pasteurisasi dimasukkan 3% biji kefir dan diaduk merata
-Dibiarkan/diinkubasi selama 20 - 24 jam (semalam) pada suhu kamar (suhu 25-37oC) agar proses fermentasi berlangsung
-Bila susu sudah menggumpal lalu disaring dengan menggunakan saringan plastik untuk mendapatkan biji kefir kembali
Kefir yang sudah disaring siap untuk diminum dengan atau tanpa tambahan pemanis sesuai selera. Bila tidak langsung dikonsumsi dapat dimatangkan (aging) dahulu selama 1-3 hari pada suhu 5-10oC. Penyimpanan dalam lemari pendingin akan memperpanjang masa simpan. Selain pemanis berupa gula atau madu, dapat pula ditambahkan flavor. Kefir dapat disimpan dalam lemari es selama 1-3 hari jika tidak langsung diminum.Kefir memiliki rasa yang unik, campuran dari rasa asam, soda dan sedikit rasa alkohol. Juga memiliki buih pada lapisan atasnya. Lebih nikmat bila diminum dalam keadaan dingin. Biji kefir yang diperoleh dicuci dengan air matang dingin untuk dipakai lagi pada lain waktu, demikian seterusnya. Kefir tradisional dibuat di dalam tas kulit kambing dan digantung di dekat pintu, tas ini akan bergoyang ketika seseorang membuka pintu sehingga susu dan kefir akan tercampur.
Apakah yang dimaksud dengan Biji Kefir?
Yang berperan penting dalam pembuatan kefir adalah biji kefir. Biji kefir berbentuk seperti kembang kol umumnya berupa butiran butiran putih atau krem yang dapat menjadi lebih besar pada saat berada dalam susu. Warnanya putih kekuningan dan akan menjadi lebih kecoklatan saat berada di dalam susu. Ukurannya bermacam-macam, diameter tiap butirnya 2-15 mm dan bobot tiap butir hanya beberapa gram saja. Biji kefir terdiri dari kumpulan bakteri, antara lain Streptococcus sp., Lactobacilli dan beberapa jenis ragi/ khamir nonpatogen, dimana keduanya hidup bersimbiosis dan tumbuh di dalam biji kefir dalam perbandingan yang seimbang. Bakteri asam laktat yang berbentuk batang akan menempati lapisan perifer (luar) biji, sedangkan ragi berada di dalam intinya. Bakteri berperan menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan ragi menghasilkan gas asam arang atau karbon dioksida dan sedikit alkohol. Itulah sebabnya rasa kefir di samping asam juga sedikit ada rasa alcohol dan soda, yang membuat rasa lebih segar, dan kombinasi karbon dioksida dan alkohol menghasilkan buih yang menciptakan karakter mendesis pada produk.
Setelah fermentasi selesai, biji kefir hasil penyaringan yang sudah dipakai dapat dipanen/digunakan kembali sebagi inokulum setelah sebelumnya dicuci dengan air matang dan disaring. Kefir yang dihasilkan juga dapat dijadikan sebagai bulk starter untuk membuat kefir berikutnya dengan menambahkan 3-5% kefir ke dalam susu pasteurisasi. Aktivasi biji kefir kering sebelum digunakan sebagai starter perlu dilakukan dengan cara merendam biji kefir dalam susu steril selama beberapa jam dengan konsentrasi 10-12% berat/volume pada suhu ruang sampai mengembang, dilakukan tiga kali seminggu. Penyimpanan bibit kefir sebaiknya dilakukan dengan cara menyimpannya di freezer lemari es dalam kondisi beku.
Sampai saat ini, biji kefir masih sulit diperoleh di Indonesia karena jumlahnya terbatas dan belum dipasarkan secara komersial. Kelangkaan ini merupakan peluang bagi kita untuk dapat membuat starter berbentuk lain, seperti dalam pembuatan yogurt dengan starter berbentuk cair.
Apakah kefir sama dengan yogurt atau yakult?
Kefir wujudnya agak kental dan memiliki rasa sedikit asam meski tidak sekental yoghurt yang juga sama-sama merupakan hasil fermentasi dari susu, itulah beberapa kesamaan kefir dengan yoghurt, sedangkan perbedaannya terletak pada bahan yang digunakan untuk memfermentasikannya, wujudnya serta proses pembuatannya. Yogurt adalah susu yang difermentasi dengan 2 jenis bakteri yaitu Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermopillus dan yakult adalah susu yang difermentasi oleh bakteri lactobacillus casei jenis shirota, sedangkan kefir merupakan simbiosis dari berbagai macam bakteri dan khamir yang tidak biasa ditemukan pada yogurt seperti Lactobacillus Caucasus, Leuconostoc, Acetobacter species, and Streptococcus species,
Kefir juga mengandung ragi yang menguntungkan, seperti Saccharomyces kefir dan Torula kefir yang secara dominan mengkontrol dan mengeliminasi bakteri jahat yang pathogen di dalam tubuh. Warna kefir putih lembut dan agak elastis, karena mengandung polisakarida serta mengandung berbagai jenis mikroba yang sering disebut mikroflora. Dari wujudnya, kefir berbeda dari yoghurt dimana kefir berwujud cair, sedangkan yoghurt berwujud kental.
Jenis mikroorganisme umum yang terdapat dalam kefir
Lactobacillus :
•Lactobacillus Acidopillus
•Lactobacillus Brevis
•Lactobacillus Casei
•Lactobacillus Casei subsp pseudoplantarum
•Lactobacillus Paracasei subsp paracasei
•Lactobacillus Cellobiosus
•Lactobacillus Delbrueckii subsp bulgaricus
•Lactobacillus Delbrueckii subsp lactis
•Dan masih banyak lagi jenis mikroorganisme yang lainnya
Apakah Manfaat/Khasiat dari Kefir?
Sebagai minuman bergizi tinggi dengan kandungan laktosa (gula susu) yang relatif rendah dibandingkan susu murni serta banyaknya kandungan mikroorganisme menjadikan kefir sangat bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa manfaat kefir diantaranya:
•Menekan pertumbuhan bakteri jahat dalam sistem pencernaan sehingga sangat baik untuk mengatasi masalah pencernaan. Berperan sebagai probiotik
•Menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi
•Mencegah kanker atau tumor, khususnya kanker saluran pencernaan
•Mencegah penyakit hepatitis, herpes, SARS. HIV/AIDS dan flu.
•Membantu penderita lactose intolerance (alergi gula susu) untuk mendapatkan manfaat gizi dari susu, karena pada susu fermentasi seperti kefir, laktosanya telah dicerna menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim lactase dari mikroba yang terkandung dalam biji kefir
•Mencegah segala macam alergi dan gatal-gatal pada kulit serta infeksi jamur
•Menambah vitalitas dan gairah seksual,serta mengatasi gangguan fungsi seksual.
•Meningkatkan fungsi kerja lambung dan fungsi pencernaan.
•Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,baik bagi bayi maupun dewasa.
•Menyembuhkan penyakit TBC, sinusitis, ISPA, Asthma, bronchitis, radang usus,asam urat, diabetes, reumatik, osteoporosis, kelainan ginjal diare, sembelit, insomnia, migraine dan masih banyak lagi.
Apakah ada efek samping?
Pada umumnya kefir cukup aman dikonsumsi oleh segala umur, baik bayi, balita, remaj amupun dewasa namun harus memperhatikan hal-hal berikut :
•Minum sesudah bangun tidur dan sebelum tidur malam
•Simpan di tempat yang dingin (kulkas)
•Kocok dulu sebelum diminum
•Bisa ditambah gula/madu/sirup/jahe dan jus buah
•Jangan direbus
•Khusus penderita Diabetes,diminum tanpa gula
•Lebih baik diminum 2 jam sesudah atau sebelum minum obat dokter
Dosis penggunaan harus disesuaikan :
•Bayi sampai umur 1 tahun : 1-2 sendok teh ditambah madu 3x sehari.
•Balita 1-5 tahun : 2-3 sendok teh ditambah madu 3x sehari.
•Remaja dan dewasa : 50-100 ml 3x sehari.
•Wanita hamil dan menyusui : 100-200 ml 2x sehari
•Lanjut usia : 100-200 ml 2x sehari
•Untuk menjaga kesehatan : 50-100 ml/hari
•Untuk penyembuhan : 100-200 ml 3x sehari.
Dengan banyaknya kandungan mikroorganisme dan manfaatnya untuk tubuh kita maka kefir sangat menjadi rujukan bagi kreteria aktivitas orang dengan kegiatan seperti:
•Perokok aktif atau pasif
•Orang yang sering terkena asap polusi
•Orang yang bekerja di ruangan ber-AC
•Orang yang menggunakan cat, perekat, bensin, insektisida, herbisida dalam pekerjaannya.
•Orang yang bermasalah dengan sinusitis atau pernapasan.
•Penderita persendian
•Peminum alkohol
•Pengkonsumsi daging (sate,gule,steak) terutama daging yang dibakar
•Orang yang sering mengalami stress,depresi dalam pekerjaan
•Orang mudah terjangkit flu atau infeksi ringan
(CT-115:diterbitkan di sinar tani edisi 11-17 Agustus 2010)
drh siti istiana wrote...
Selasa, 31 Agustus 2010
Kamis, 22 Juli 2010
Pemeriksaan Kebuntingan pada Ternak dengan Menggunakan Urine
Pemeriksaan kebuntingan ternak khususnya sapi umumnya adalah lewat explorasi rectal, namun ternyata di sebuah veterinary college di Bangalore India telah dilakukan penelitian tentang pemeriksaan kebuntingan ternak sapi menggunakan urine. Teknik ini ternyata meniru "dokter" di Mesir sekitar 4000 tahun lalu, dimana disebutkan bahwa seorang perempuan yang akan didiagnosis kehamilannya diminta untuk kencing di kantong kain yang berisi biji gandum. Perempuan tersebut didiagnosis hamil apabila biji gandum dalam kantung yang dikencingi tumbuh dalam waktu 5 hari dan tidak hamil bila biji gandumnya tidak tumbuh.
Pada ternak sapi dilakukan dengan mengencerkan 1 ml urine sapi dengan 14 ml air di cawan petri yang berisi kertas saring dan 15 biji gandum. Juga disiapkan kelompok kontrol berisi air 15 ml. Setelah 5 hari dilihat pertumbuhan biji gandum yang sudah direndam dalam larutan urine sapi tadi.
Hasilnya adalah kebalikan dari hasil yang didapat pada manusia.Pada sapi yang bunting, tidak terjadi pertumbuhan biji gandum, biji gandum malah berubah warna menjadi coklat kehitaman. Sedangkan sapi yang tidak bunting dan kelompok kontrol, biji gandumnya tumbuh. Tes ini disebut Punyakoti seed germination atau gampangnya disebut Uji Punyakoti.
Penjelasan
Uji kebuntingan modern pada manusia menggunakan HCG dari urine sebagai senyawa yang menentukan kebuntingan. Pada uji Punyakoti, ada senyawa lain yang menyusun urine yang digunakan untuk menentukan kebuntingan baik pada manusia maupun sapi (ruminansia). Selain urea dan asam urat yang dikeluarkan oleh urine sapi, bagian terpenting yang menentukan dalam uji Punyakoti ini adalah hormon tumbuhan yang disebut abscisic acid (ABA).
Fungsi utama ABA di urine pada biji-bijian adalah untuk mempertahankan masa dorman (masa inaktif). Pada urine sapi bunting ditemukan konsentrasi ABA yang relatif tinggi (170.62 nanomol/ml urine) sedangkan pada sapi tidak bunting sekitar 74.46 nanomole/ml urine. ABA inilah yang ditengarai mengakibatkan hambatan pertumbuhan pada biji gandum yang direndam dalam urine sapi.
Dilaporkan juga bahwa beberapa peternak memodifikasi uji Punyakoti ini dalam hal jenis biji-bijian yang digunakan untuk dilihat pertumbuhannya. Biji padi (gabah) juga dilaporkan digunakan untuk uji ini dan hasilnya mirip dengan biji gandum. Ternak yang diuji juga dilaporkan berkembang dari hanya sapi kemudian kerbau, domba dan kambing.
Potensi Uji Punyakoti
Uji ini cukup murah, mudah, sederhana, tidak invasif dari sudut pandang kesejahteraan hewan dan tidak memerlukan bahan kimia atau alat yang canggih. Peternak yang ada di daerah terpencil yang akses terhadap dokter hewan begitu terbatas bisa memanfaatkan uji Punyakoti untuk mendiagnosis kebuntingan hewan ternaknya.
Untuk kolega peneliti, mungkin bisa mulai dipikirkan sebuah diagnosis kit yang memanfaatkan mekanisme uji Punyakoti ini untuk diproduksi secara massal dan digunakan untuk membantu diagnosis kebuntingan pada peternak. Bagi para peneliti lain yang tertarik dimohon untuk menghubungi penulis supaya bisa bekerja sama dalam hal penelitian tentang hal ini. Terima kasih. (CT-115)
Pada ternak sapi dilakukan dengan mengencerkan 1 ml urine sapi dengan 14 ml air di cawan petri yang berisi kertas saring dan 15 biji gandum. Juga disiapkan kelompok kontrol berisi air 15 ml. Setelah 5 hari dilihat pertumbuhan biji gandum yang sudah direndam dalam larutan urine sapi tadi.
Hasilnya adalah kebalikan dari hasil yang didapat pada manusia.Pada sapi yang bunting, tidak terjadi pertumbuhan biji gandum, biji gandum malah berubah warna menjadi coklat kehitaman. Sedangkan sapi yang tidak bunting dan kelompok kontrol, biji gandumnya tumbuh. Tes ini disebut Punyakoti seed germination atau gampangnya disebut Uji Punyakoti.
Penjelasan
Uji kebuntingan modern pada manusia menggunakan HCG dari urine sebagai senyawa yang menentukan kebuntingan. Pada uji Punyakoti, ada senyawa lain yang menyusun urine yang digunakan untuk menentukan kebuntingan baik pada manusia maupun sapi (ruminansia). Selain urea dan asam urat yang dikeluarkan oleh urine sapi, bagian terpenting yang menentukan dalam uji Punyakoti ini adalah hormon tumbuhan yang disebut abscisic acid (ABA).
Fungsi utama ABA di urine pada biji-bijian adalah untuk mempertahankan masa dorman (masa inaktif). Pada urine sapi bunting ditemukan konsentrasi ABA yang relatif tinggi (170.62 nanomol/ml urine) sedangkan pada sapi tidak bunting sekitar 74.46 nanomole/ml urine. ABA inilah yang ditengarai mengakibatkan hambatan pertumbuhan pada biji gandum yang direndam dalam urine sapi.
Dilaporkan juga bahwa beberapa peternak memodifikasi uji Punyakoti ini dalam hal jenis biji-bijian yang digunakan untuk dilihat pertumbuhannya. Biji padi (gabah) juga dilaporkan digunakan untuk uji ini dan hasilnya mirip dengan biji gandum. Ternak yang diuji juga dilaporkan berkembang dari hanya sapi kemudian kerbau, domba dan kambing.
Potensi Uji Punyakoti
Uji ini cukup murah, mudah, sederhana, tidak invasif dari sudut pandang kesejahteraan hewan dan tidak memerlukan bahan kimia atau alat yang canggih. Peternak yang ada di daerah terpencil yang akses terhadap dokter hewan begitu terbatas bisa memanfaatkan uji Punyakoti untuk mendiagnosis kebuntingan hewan ternaknya.
Untuk kolega peneliti, mungkin bisa mulai dipikirkan sebuah diagnosis kit yang memanfaatkan mekanisme uji Punyakoti ini untuk diproduksi secara massal dan digunakan untuk membantu diagnosis kebuntingan pada peternak. Bagi para peneliti lain yang tertarik dimohon untuk menghubungi penulis supaya bisa bekerja sama dalam hal penelitian tentang hal ini. Terima kasih. (CT-115)
Rabu, 12 Mei 2010
MENGENAL RABIES
Penyakit rabies tentu sudah tidak asing lagi bagi pendengaran kita, namun mungkin beberapa dari kita belum tahu tentang sejarah dan perkembangan penyakit yang saat ini cukup meresahkan masyarakat, terutama yang berada di daerah yang mempunyai populasi anjing liar cukup banyak. Untuk itu kali ini penulis akan mencoba memberikan tambahan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit rabies berikut cara pencegahannya agar penyakit ini tidak semakin menyebar luas.
Apakah itu Rabies?
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi.
Sejarah Rabies
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penyakit rabies ini, alangkah baiknya apabila kita mengetahui sedikit tentang sejarah munculnya penyakit ini. Rabies telah dikenal di Babilonia sejak zaman Raja Hammurabi (2300 SM), bahkan ada denda 40 shekel terhadap pemilik anjing apabila anjingnya menggigit seseorang. Inggris pernah tertular rabies sejak tahun 1026. Di samping anjing dan kucing, rabies juga menulari hewan liar rubah (redfox). Berbagai peraturan pernah diberlakukan negeri ini, antara lain Metropolitan Streets Act (1867), Rabies Order (1887), kemudian Act of Parliement (1897). Pemberantasan rabies di Inggris dilakukan dengan: (1) pembunuhan anjing geladak, (2) penggunaan penutup moncong bagi anjing yang keluar rumah, (3) pengurangan populasi rubah, dan (4) pengawasan ketat terhadap lalu lintas anjing dan kucing. Masa karantina enam bulan diterapkan terhadap anjing dan kucing yang akan masuk Inggris. Inggris bebas rabies tahun 1903.
Di Indonesia, rabies diduga telah lama ada, namun laporan resmi ditulis pertama kali oleh Penning di Jawa Barat, tahun 1889. Peraturan tentang rabies telah ada sejak tahun 1926 (Hondsdolsheid Ordonansi Nomor 451 dan 452), diikuti oleh Staatsblad 1928 Nomor 180, SK Bersama Tiga Menteri (Pertanian, Kesehatan, dan Dalam Negeri) tahun 1978, dan Pedoman Khusus dari Menteri Pertanian (1982). Sebelum Perang Dunia II, selain Jawa Barat rabies hanya ditemukan di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Pada 1945-1980,rabies ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sulawesi Utara (1956), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Jambi dan Yogyakarta (1971), DKI Jaya dan Bengkulu (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), dan Kalimantan Tengah (1978). Hingga 1990-an, provinsi di Indonesia yang masih bebas rabies adalah Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua. Pemerintah Indonesia telah berupaya keras mengatasi rabies dengan mengadopsi cara-cara dari luar negeri, namun masih banyak kendala yang dihadapi.
Perkembangan Rabies di Dunia
Data WHO menunjukkan, bahwa rabies secara luas tersebar di seluruh dunia, lebih dari 55.000 orang meninggal dunia karena serangan virus mematikan ini. Dan sekitar 95 persennya, kematian di tingkat manusia tinggi di daerah Amerika Latin, Asia dan Afrika. Sekitar 30 % sampai 60 % dari korban adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Penyebab paling sering dijumpai dari serangan rabies saat ini ditularkan melalui gigitan dari anjing yang terinfeksi rabies.
Perkembangan Rabies di Indonesia
Data di Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 12.500 kasus gigitan hewan penular rabies di seluruh Indonesia. Data terakhir pada tahun 2008 menyebutkan, ada 21.245 orang di Tanah Air yang dilaporkan digigit anjing pengidap rabies, 122 diantaranya meninggal dunia. Kasus rabies juga masih tersebar di 24 provinsi, hanya 9 provinsi di Indonesia yang telah terbebas dari kasus yang oleh masyarakat kerap disebut sebagai penyakit anjing gila ini. Sembilan provinsi tersebut adalah Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, NTB, Papua Barat dan Papua. Penyebab utama rabies di Indonesia 98% disebabkan oleh gigitan anjing dan 2% akibat gigitan hewan lain seperti kucing dan monyet.
Dalam rentang 10 tahun ini tidak pernah didapatkan kejadian kasus rabies menurun, bahkan muncul beberapa daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies baru. KLB rabies yang muncul dalam rentang waktu belakangan misalnya pada 2003, KLB rabies di Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Barat. Akhir 2007, KLB rabies muncul lagi di Banten. Yang terbaru, November 2008 KLB ada di Kabupaten Badung, Bali, dengan 15 kasus lyssa (rabies pada manusia) yang semuanya meninggal dunia. Indonesia sendiri ditargetkan bebas rabies tahun 2015. Dengan terus bertambahnya kasus endemis, target itu makin sulit tercapai. Sesuai syarat lembaga kesehatan dunia, WHO mensyaratkan Indonesia selama dua tahun Indonesia wajib memiliki nol kasus rabies bila ingin dikategorikan negara bebas rabies (Susanto. E. C, 2009).
Pada 18 Desember 2008, Menteri Pertanian melaporkan ke World Organization for Animal Health bahwa telah terjadi peningkatan kasus rabies di Pulau Bali. Rabies terdeteksi pada anjing pada sedikitnya dua desa yang dekat dengan tujuan wisata yang populer di Bali bagian selatan. Hingga pertengahan bulan November 2009 ini telah dilaporkan bahwa serangan penyakit yang dikenal dengan sebutan anjing gila ini telah memakan korban meninggal sebanyak 17 orang sehingga Dinas Kesehatan Propinsi Bali menetapkan Bali sebagai daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies.
Penularan Rabies
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi, umumnya penularan melalui gigitan.
Sedangkan penularan rabies dari manusia ke manusia sampai saat ini belum ada bukti maupun penelitian yang dapat membuktikannya, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa rabies dapat ditularkan dari orang ke orang namun pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan.
Masa Inkubasi Penyakit Rabies
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun.
Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap), yaitu :
1. Fase Prodormal : Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.
2. Fase Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Gejala Klinis Penyakit Rabies pada Hewan dan Manusia
Pada anjing dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk , yaitu :
1. Rabies bentuk diam (Dumb Rabies), tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
- Terjadi kelumpuhan pada seluruh bagian tubuh
- Hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan
- Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa jam.
2. Rabies bentuk ganas (Furious Rabies).
- Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya
- Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak
- Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya
- Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam.
Baik rabies ganas maupun rabies jinak pada akhirnya menyebabkan kelumpuhan total, diikuti koma dan kematian karena hewan mengalami gangguan pernapasan yang akut. Pada hewan yang terinfeksi, jika tidak diberi penanganan sama sekali, hewan akan mati setelah terinfeksi selama 7 hari (Disnak Kabupaten Tangerang, 2009).
Tanda-Tanda Rabies Pada Manusia :
Pada manusia, gejala rabies akan muncul pada waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Gejalanya dimulai dengan demam, linu, depresi mental, kelumpuhan pada tungkai bawah dan menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian penderita akan menjadi hiperaktif, mengeluarkan air liur, kejang otot tenggorokan dan otot pita suara yang bisa menyebabkan sakit luar biasa. Kejang otot ini disebabkan oleh adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan bernafas. Ketika penderita mencoba untuk minum air, maka kejang di daerah tenggorokan dapat terjadi kembali sehingga penderita rabies dapat juga dikatakan takut air (hidrofobia). Selain itu juga peka terhadap cahaya (fotofobia), udara dan suara. Bila kuman rabies sudah menyerang otak maka akan menyebabkan gelisah, kejang, paralisis/kelemahan otot otot, koma dan terakhir kematian (Ulliyani. A, 2009).
Penanganan Pertama Terjadinya Kasus Rabies
Penanganan pertama pada suspek yang baru saja melakukan kontak dengan hewan, menurut rekomendasi World Health Organisation (WHO) adalah dengan cara pembersihan luka dan imunisasi, karena dengan ini dapat mencegah penularan rabies sampai 100 %. Kontak yang dimaksud oleh WHO dikategorikan sebagai berikut :
Kategori I : menyentuh atau memberi makan hewan suspect rabies
Kategori II : luka gores kecil tanpa pendarahan yang disebabkan oleh hewan suspek, atau berupa jilatan hewan suspek pada kulit yang luka
Kategori III : satu atau lebih gigitan, cakaran, jilatan pada kulit yang luka, atau kontak lain yang melukai kulit dan sampai menyebabkan pendarahan.
Penanganan pertama setelah kontak untuk menghindari penularan rabies adalah dengan membersihkan luka dengan cairan disinfektan atau sabun, dan kemudian sesegera mungkin pasien diberi imunisasi anti-rabies. Vaksin anti-rabies diberikan pada pasien yang melakukan kontak kategori II dan kategori III. Sedangkan imunoglobulin anti-rabies atau antibodi harus diberikan pada pasien setelah melakukan kontak kategori III, atau kepada pasien yang memang memiliki kekebalan tubuh lemah.
Pencegahan Rabies
Jadilah pemelihara hewan yang baik dengan :
• Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.
• Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
• Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
• Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
• Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
• Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
• Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun memelihara mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak.
• Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
• Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Pengendalian Penyakit Rabies
Saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan rabies adalah dengan melakukan vaksinasi kepada anjing, sebagai agen penular terbesar pada beberapa kasus di beberapa negara sekarang ini. Namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk peduli kepada anjing-anjing peliharaannya untuk dilakukan vaksinasi anti-rabies dapat menjadi salah satu penyebab kenapa sampai sekarang serangan virus rabies masih saja dijumpai di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang masih belum bebas dari terjangkitnya penyakit rabies, bahkan di Bali dianggap sebagai kejadian luar biasa rabies karena untuk pertama kalinya Bali terjangkit wabah rabies. Dalam hal ini, untuk mencegah penularan rabies ke luar pulau Bali pemerintah berupaya dengan menjadikan pulau Bali sebagai kawasan karantina dengan mencegah keluar masuknya anjing, kucing , atau kera keluar masuk pulau, pemusnahan anjing-anjing liar dan pemberian vaksin terhadap anjng-anjing peliharaan agar tidak tertular rabies dan memberikan vaksin anti rabies pada masyarakat. Sampai saat ini telah disediakan sebanyak 300 ribu vaksin untuk anjing di seluruh kabupaten dan akan ditambah sebanyak 60 ribu vaksin per minggu. Namun dengan jumlah vaksin tersebut hanya mencukupi untuk 32 persen populasi anjing, untuk itu pemerintah akan terus menambah jumlah vaksinnya, sehingga menjangkau seluruh populasi anjing di Bali.
Upaya pemerintah provinsi Bali dalam menekan rabies ini juga mendapat berbagai kendala, diantaranya kritik dari LSM yang menentang pemusnahan anjing-anjing liar. Mereka menilai bahwa pemusnahan anjing liar sebagai tindakan biadab. Di sisi lain masyarakat juga banyak yang tidak mau membawa anjingnya untuk divaksin atau mengikat anjingnya di rumah.
Selain Bali, beberapa daerah lain juga banyak yang belum bebas rabies, seperti Aceh, Kepulauan Ende, dan Jawa Barat. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan memberikan vaksin anti-rabies (VAR) kepada anjing-anjing jinak maupun liar. Namun, karena keterbatasan jumlah vaksin yang mencapai ke kecamatan-kecamatan serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk turut berperan serta membrantas rabies dengan memvaksinkan anjingnya menjadi kendala dalam memberantas rabies di Indonesia.
Jika kita tengok ke negara lain di Asia, seperti Malaysia dan Jepang, vaksinasi anti-rabies pada anjing dilakukan secara berkala, serta dilengkapi dengan booster (pemberian vaksin kedua) terbukti mencegah penularan rabies ke manusia. Pencegahan penularan rabies pada manusia hendaknya merupakan tugas dokter hewan bersama dengan petugas pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya pemberantasan rabies yang dilakukan dengan vaksinasi masal pada anjing dilakukan oleh dokter hewan, kemudian harus segera diikuti dengan penanganan kesehatan pada manusia oleh petugas kesehatan. Selain itu peran serta tokoh masyarakat untuk memberikan penjelasan masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan dan penanggulangan rabies juga cukup penting. Bagi orang yang tidak mengerti bahaya rabies akan menganggap enteng penyakit ini, padahal akibatnya sangat serius. Dengan adanya kerja sama yang harmonis antara dokter hewan dan petugas kesehatan dibantu peran serta tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat sangatlah membantu semakin meluasnya penyakit ini maka diharapkan Indonesia akan terbebas dari penyakit rabies atau penyakit zoonosis apapun, sehingga apa yang menjadi tujuan kita bersama dapat tercapai, yaitu Indonesia sehat. (CT-115)
Apakah itu Rabies?
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi.
Sejarah Rabies
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penyakit rabies ini, alangkah baiknya apabila kita mengetahui sedikit tentang sejarah munculnya penyakit ini. Rabies telah dikenal di Babilonia sejak zaman Raja Hammurabi (2300 SM), bahkan ada denda 40 shekel terhadap pemilik anjing apabila anjingnya menggigit seseorang. Inggris pernah tertular rabies sejak tahun 1026. Di samping anjing dan kucing, rabies juga menulari hewan liar rubah (redfox). Berbagai peraturan pernah diberlakukan negeri ini, antara lain Metropolitan Streets Act (1867), Rabies Order (1887), kemudian Act of Parliement (1897). Pemberantasan rabies di Inggris dilakukan dengan: (1) pembunuhan anjing geladak, (2) penggunaan penutup moncong bagi anjing yang keluar rumah, (3) pengurangan populasi rubah, dan (4) pengawasan ketat terhadap lalu lintas anjing dan kucing. Masa karantina enam bulan diterapkan terhadap anjing dan kucing yang akan masuk Inggris. Inggris bebas rabies tahun 1903.
Di Indonesia, rabies diduga telah lama ada, namun laporan resmi ditulis pertama kali oleh Penning di Jawa Barat, tahun 1889. Peraturan tentang rabies telah ada sejak tahun 1926 (Hondsdolsheid Ordonansi Nomor 451 dan 452), diikuti oleh Staatsblad 1928 Nomor 180, SK Bersama Tiga Menteri (Pertanian, Kesehatan, dan Dalam Negeri) tahun 1978, dan Pedoman Khusus dari Menteri Pertanian (1982). Sebelum Perang Dunia II, selain Jawa Barat rabies hanya ditemukan di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Pada 1945-1980,rabies ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sulawesi Utara (1956), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Jambi dan Yogyakarta (1971), DKI Jaya dan Bengkulu (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), dan Kalimantan Tengah (1978). Hingga 1990-an, provinsi di Indonesia yang masih bebas rabies adalah Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua. Pemerintah Indonesia telah berupaya keras mengatasi rabies dengan mengadopsi cara-cara dari luar negeri, namun masih banyak kendala yang dihadapi.
Perkembangan Rabies di Dunia
Data WHO menunjukkan, bahwa rabies secara luas tersebar di seluruh dunia, lebih dari 55.000 orang meninggal dunia karena serangan virus mematikan ini. Dan sekitar 95 persennya, kematian di tingkat manusia tinggi di daerah Amerika Latin, Asia dan Afrika. Sekitar 30 % sampai 60 % dari korban adalah anak-anak di bawah usia 15 tahun. Penyebab paling sering dijumpai dari serangan rabies saat ini ditularkan melalui gigitan dari anjing yang terinfeksi rabies.
Perkembangan Rabies di Indonesia
Data di Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 12.500 kasus gigitan hewan penular rabies di seluruh Indonesia. Data terakhir pada tahun 2008 menyebutkan, ada 21.245 orang di Tanah Air yang dilaporkan digigit anjing pengidap rabies, 122 diantaranya meninggal dunia. Kasus rabies juga masih tersebar di 24 provinsi, hanya 9 provinsi di Indonesia yang telah terbebas dari kasus yang oleh masyarakat kerap disebut sebagai penyakit anjing gila ini. Sembilan provinsi tersebut adalah Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, NTB, Papua Barat dan Papua. Penyebab utama rabies di Indonesia 98% disebabkan oleh gigitan anjing dan 2% akibat gigitan hewan lain seperti kucing dan monyet.
Dalam rentang 10 tahun ini tidak pernah didapatkan kejadian kasus rabies menurun, bahkan muncul beberapa daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies baru. KLB rabies yang muncul dalam rentang waktu belakangan misalnya pada 2003, KLB rabies di Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Barat. Akhir 2007, KLB rabies muncul lagi di Banten. Yang terbaru, November 2008 KLB ada di Kabupaten Badung, Bali, dengan 15 kasus lyssa (rabies pada manusia) yang semuanya meninggal dunia. Indonesia sendiri ditargetkan bebas rabies tahun 2015. Dengan terus bertambahnya kasus endemis, target itu makin sulit tercapai. Sesuai syarat lembaga kesehatan dunia, WHO mensyaratkan Indonesia selama dua tahun Indonesia wajib memiliki nol kasus rabies bila ingin dikategorikan negara bebas rabies (Susanto. E. C, 2009).
Pada 18 Desember 2008, Menteri Pertanian melaporkan ke World Organization for Animal Health bahwa telah terjadi peningkatan kasus rabies di Pulau Bali. Rabies terdeteksi pada anjing pada sedikitnya dua desa yang dekat dengan tujuan wisata yang populer di Bali bagian selatan. Hingga pertengahan bulan November 2009 ini telah dilaporkan bahwa serangan penyakit yang dikenal dengan sebutan anjing gila ini telah memakan korban meninggal sebanyak 17 orang sehingga Dinas Kesehatan Propinsi Bali menetapkan Bali sebagai daerah KLB (Kejadian Luar Biasa) rabies.
Penularan Rabies
Penyakit rabies terutama ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi, umumnya penularan melalui gigitan.
Sedangkan penularan rabies dari manusia ke manusia sampai saat ini belum ada bukti maupun penelitian yang dapat membuktikannya, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa rabies dapat ditularkan dari orang ke orang namun pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan.
Masa Inkubasi Penyakit Rabies
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun.
Tahapan Penyakit Rabies
Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap), yaitu :
1. Fase Prodormal : Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.
2. Fase Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.
Gejala Klinis Penyakit Rabies pada Hewan dan Manusia
Pada anjing dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk , yaitu :
1. Rabies bentuk diam (Dumb Rabies), tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
- Terjadi kelumpuhan pada seluruh bagian tubuh
- Hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan
- Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa jam.
2. Rabies bentuk ganas (Furious Rabies).
- Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya
- Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak
- Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya
- Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam.
Baik rabies ganas maupun rabies jinak pada akhirnya menyebabkan kelumpuhan total, diikuti koma dan kematian karena hewan mengalami gangguan pernapasan yang akut. Pada hewan yang terinfeksi, jika tidak diberi penanganan sama sekali, hewan akan mati setelah terinfeksi selama 7 hari (Disnak Kabupaten Tangerang, 2009).
Tanda-Tanda Rabies Pada Manusia :
Pada manusia, gejala rabies akan muncul pada waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Gejalanya dimulai dengan demam, linu, depresi mental, kelumpuhan pada tungkai bawah dan menjalar ke seluruh tubuh. Kemudian penderita akan menjadi hiperaktif, mengeluarkan air liur, kejang otot tenggorokan dan otot pita suara yang bisa menyebabkan sakit luar biasa. Kejang otot ini disebabkan oleh adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan bernafas. Ketika penderita mencoba untuk minum air, maka kejang di daerah tenggorokan dapat terjadi kembali sehingga penderita rabies dapat juga dikatakan takut air (hidrofobia). Selain itu juga peka terhadap cahaya (fotofobia), udara dan suara. Bila kuman rabies sudah menyerang otak maka akan menyebabkan gelisah, kejang, paralisis/kelemahan otot otot, koma dan terakhir kematian (Ulliyani. A, 2009).
Penanganan Pertama Terjadinya Kasus Rabies
Penanganan pertama pada suspek yang baru saja melakukan kontak dengan hewan, menurut rekomendasi World Health Organisation (WHO) adalah dengan cara pembersihan luka dan imunisasi, karena dengan ini dapat mencegah penularan rabies sampai 100 %. Kontak yang dimaksud oleh WHO dikategorikan sebagai berikut :
Kategori I : menyentuh atau memberi makan hewan suspect rabies
Kategori II : luka gores kecil tanpa pendarahan yang disebabkan oleh hewan suspek, atau berupa jilatan hewan suspek pada kulit yang luka
Kategori III : satu atau lebih gigitan, cakaran, jilatan pada kulit yang luka, atau kontak lain yang melukai kulit dan sampai menyebabkan pendarahan.
Penanganan pertama setelah kontak untuk menghindari penularan rabies adalah dengan membersihkan luka dengan cairan disinfektan atau sabun, dan kemudian sesegera mungkin pasien diberi imunisasi anti-rabies. Vaksin anti-rabies diberikan pada pasien yang melakukan kontak kategori II dan kategori III. Sedangkan imunoglobulin anti-rabies atau antibodi harus diberikan pada pasien setelah melakukan kontak kategori III, atau kepada pasien yang memang memiliki kekebalan tubuh lemah.
Pencegahan Rabies
Jadilah pemelihara hewan yang baik dengan :
• Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.
• Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
• Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.
• Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
• Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
• Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
• Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun memelihara mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak.
• Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
• Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies.
Pengendalian Penyakit Rabies
Saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan rabies adalah dengan melakukan vaksinasi kepada anjing, sebagai agen penular terbesar pada beberapa kasus di beberapa negara sekarang ini. Namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk peduli kepada anjing-anjing peliharaannya untuk dilakukan vaksinasi anti-rabies dapat menjadi salah satu penyebab kenapa sampai sekarang serangan virus rabies masih saja dijumpai di Indonesia. Beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang masih belum bebas dari terjangkitnya penyakit rabies, bahkan di Bali dianggap sebagai kejadian luar biasa rabies karena untuk pertama kalinya Bali terjangkit wabah rabies. Dalam hal ini, untuk mencegah penularan rabies ke luar pulau Bali pemerintah berupaya dengan menjadikan pulau Bali sebagai kawasan karantina dengan mencegah keluar masuknya anjing, kucing , atau kera keluar masuk pulau, pemusnahan anjing-anjing liar dan pemberian vaksin terhadap anjng-anjing peliharaan agar tidak tertular rabies dan memberikan vaksin anti rabies pada masyarakat. Sampai saat ini telah disediakan sebanyak 300 ribu vaksin untuk anjing di seluruh kabupaten dan akan ditambah sebanyak 60 ribu vaksin per minggu. Namun dengan jumlah vaksin tersebut hanya mencukupi untuk 32 persen populasi anjing, untuk itu pemerintah akan terus menambah jumlah vaksinnya, sehingga menjangkau seluruh populasi anjing di Bali.
Upaya pemerintah provinsi Bali dalam menekan rabies ini juga mendapat berbagai kendala, diantaranya kritik dari LSM yang menentang pemusnahan anjing-anjing liar. Mereka menilai bahwa pemusnahan anjing liar sebagai tindakan biadab. Di sisi lain masyarakat juga banyak yang tidak mau membawa anjingnya untuk divaksin atau mengikat anjingnya di rumah.
Selain Bali, beberapa daerah lain juga banyak yang belum bebas rabies, seperti Aceh, Kepulauan Ende, dan Jawa Barat. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan memberikan vaksin anti-rabies (VAR) kepada anjing-anjing jinak maupun liar. Namun, karena keterbatasan jumlah vaksin yang mencapai ke kecamatan-kecamatan serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk turut berperan serta membrantas rabies dengan memvaksinkan anjingnya menjadi kendala dalam memberantas rabies di Indonesia.
Jika kita tengok ke negara lain di Asia, seperti Malaysia dan Jepang, vaksinasi anti-rabies pada anjing dilakukan secara berkala, serta dilengkapi dengan booster (pemberian vaksin kedua) terbukti mencegah penularan rabies ke manusia. Pencegahan penularan rabies pada manusia hendaknya merupakan tugas dokter hewan bersama dengan petugas pelayanan kesehatan masyarakat. Upaya pemberantasan rabies yang dilakukan dengan vaksinasi masal pada anjing dilakukan oleh dokter hewan, kemudian harus segera diikuti dengan penanganan kesehatan pada manusia oleh petugas kesehatan. Selain itu peran serta tokoh masyarakat untuk memberikan penjelasan masyarakat tentang pentingnya upaya pencegahan dan penanggulangan rabies juga cukup penting. Bagi orang yang tidak mengerti bahaya rabies akan menganggap enteng penyakit ini, padahal akibatnya sangat serius. Dengan adanya kerja sama yang harmonis antara dokter hewan dan petugas kesehatan dibantu peran serta tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat sangatlah membantu semakin meluasnya penyakit ini maka diharapkan Indonesia akan terbebas dari penyakit rabies atau penyakit zoonosis apapun, sehingga apa yang menjadi tujuan kita bersama dapat tercapai, yaitu Indonesia sehat. (CT-115)
YOGURT BUATAN SENDIRI
Yogurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Di pasaran yogurt terbagi dalam dua jenis, yang pertama adalah yogurt plain yaitu yogurt tanpa rasa tambahan dan yang kedua adalah drink yogurt yaitu yogurt plain yang telah ditambahkan perasa tambahan buah-buahan seperti rasa stroberi, jeruk ataupun leci oleh produsen.
Kandungan gizi yogurt tidaklah kalah dengan kandungan susu pada umumnya dikarenakan bahan dasar yogurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yogurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
1. Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (lactose intolerance) yang ditandai dengan diare karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi pembuatan yogurt
2. Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yogurt mengandung Lactobacilus yaitru bakteri baik yang berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging
3. Berguna untuk meningkatkan daya tubuh kita karena yogurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam tubuh kita.
Walaupun kelihatan sulit, pembuatan yogurt sebenarnya sangat sederhana. Alat-alat yang kita butuhkan tidaklah terlalu rumit yaitu panci berukuran kira-kira 40 cm,sendok pengaduk dan toples/panci kaca dengan tutup. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan yogurt hanyalah susu. Susu ini dapat berupa susu cair langsung tetapi yang perlu diperhatikan susu yang digunakan harus susu putih (susu segar).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Siapkan susu segar
2. Masak dengan api kecil sambil diaduk terus selama 30 menit tetapi jangan sampai mendidih yaitu sampi suhu sekitar 40 derajat celcius. Proses ini hanya untuk menguapkan air saja yang nantinya akan terbentuk gumpalan atau solid yogurt.
3. Kalau sudah solid yogurt lalu angkat dan didinginkan kira-kira sampai hangat-hangat kuku baru kemudian ditambahkan bibit (starter) yogurt sebanyak 2 - 5% dari jumlah yogurt yang sudah mengental tadi.
4. Diamkan selama 24 jam dalam wadah/panci tertutup untuk menghasilkan rasa asam dan bentuk yang kental.
5. Makin tinggi total solidnya maka cairannya bening yang tersisa semakin sedikit, maka yogurt tersebut semakin bagus. Solid yogurt yang belum diberikan tambahan rasa ini dapat juga dijadikan bibit yogurt untuk pembuatan selanjutnya.
6. Setelah berbentuk yogurt dapat ditambahkan sirup atau gula bagi yang tidak kuat asamnya, bahkan bisa ditambahkan dengan perasa tambahan makanan seperti rasa jeruk, strawberry dan leci yang dapat kita peroleh di toko bahan makanan.
7. Yogurt yang sudah jadi dapat ditempatkan di wadah plastik ataupun kaca. Kalaupun kita ingin menggunakan wadah plastik sebaiknya yang agak tebal, akan tetapi bila ingin menyimpan yogurt untuk waktu yang lebih lama sebaiknya menggunakan wadah kaca.
Perlu diketahui bahwa bibit yogurt memang tidak dijual di pasaran secara bebas tetapi dapat juga diperoleh di toko-toko makanan. Atau apabila tersedia kita dapat menggunakan yogurt yang plain (tanpa rasa tambahan), tanpa gula dan tanpa aroma sebagai bibit yogurt. Yogurt dapat disajikan tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga dapat disajikan bersama salad buah sebagai sausnya ataupun sebagai bahan campuran es buah. yogurt.
Selain itu perlu diperhatikan juga bahwa dalam pembuatan dan penyimpanan yogurt, syarat yang paling utama adalah masalah kebersihan yang merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan. Untuk itu sebaiknya semua alat yang akan digunakan direbus terlebih dahulu dalam air mendidih selama 5-10 menit. Karena bila kebersihan tidak dijaga dapat mengakibatkan yogurt tidak jadi dengan ciri-ciri : (1) tidak berasam walaupun berbentuk solid, (2) di permukaan solid ditumbuhi jamur yang berbentuk bintik-bintik hitam dan (3) berbau asam yang sangat tajam. Biasanya untuk yogurt yang dibuat sendiri paling lama penyimpanan sebaiknya selama 1 minggu. Selain masalah kebersihan yang perlu diperhatikan juga masalah penyimpanan. Ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :
- Yogurt tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
- Yogurt tidak boleh ditaruh dalam suhu ruangan, harus disimpan dalam suhu dingin/kulkas tetapi juga tidak boleh diletakkan dalam freezer. Yogurt tidak boleh disimpan dalam freezer karena bahan dasar yogurt yang berupa susu dapat pecah dan justru itu akan merusak yogurt.
Tips Memilih Yogurt
Bila anda tidak sempat membuat dan ingin membeli yogurt di pasaran maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Pilihlah yogurt yang kental.
- Pilihlah yogurt yang disimpan di suhu dingin jangan yang di luar karena biasanya sudah disteril lagi sehingga mikroorganismenya sudah tidak ada.
- Perhatikan dan cermati labelnya yang plain yogurt atau yang drink yogurt disesuaikan dengan kebutuhan kita.
- Perhatikan dan cermati tanggal kadaluarsanya
(CT-115)
Kandungan gizi yogurt tidaklah kalah dengan kandungan susu pada umumnya dikarenakan bahan dasar yogurt adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yogurt yang tidak dimiliki oleh susu murni yaitu :
1. Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (lactose intolerance) yang ditandai dengan diare karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi pembuatan yogurt
2. Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yogurt mengandung Lactobacilus yaitru bakteri baik yang berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah yang berasal dari makanan yang kita makan seperti jeroan atau daging
3. Berguna untuk meningkatkan daya tubuh kita karena yogurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam tubuh kita.
Walaupun kelihatan sulit, pembuatan yogurt sebenarnya sangat sederhana. Alat-alat yang kita butuhkan tidaklah terlalu rumit yaitu panci berukuran kira-kira 40 cm,sendok pengaduk dan toples/panci kaca dengan tutup. Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan yogurt hanyalah susu. Susu ini dapat berupa susu cair langsung tetapi yang perlu diperhatikan susu yang digunakan harus susu putih (susu segar).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Siapkan susu segar
2. Masak dengan api kecil sambil diaduk terus selama 30 menit tetapi jangan sampai mendidih yaitu sampi suhu sekitar 40 derajat celcius. Proses ini hanya untuk menguapkan air saja yang nantinya akan terbentuk gumpalan atau solid yogurt.
3. Kalau sudah solid yogurt lalu angkat dan didinginkan kira-kira sampai hangat-hangat kuku baru kemudian ditambahkan bibit (starter) yogurt sebanyak 2 - 5% dari jumlah yogurt yang sudah mengental tadi.
4. Diamkan selama 24 jam dalam wadah/panci tertutup untuk menghasilkan rasa asam dan bentuk yang kental.
5. Makin tinggi total solidnya maka cairannya bening yang tersisa semakin sedikit, maka yogurt tersebut semakin bagus. Solid yogurt yang belum diberikan tambahan rasa ini dapat juga dijadikan bibit yogurt untuk pembuatan selanjutnya.
6. Setelah berbentuk yogurt dapat ditambahkan sirup atau gula bagi yang tidak kuat asamnya, bahkan bisa ditambahkan dengan perasa tambahan makanan seperti rasa jeruk, strawberry dan leci yang dapat kita peroleh di toko bahan makanan.
7. Yogurt yang sudah jadi dapat ditempatkan di wadah plastik ataupun kaca. Kalaupun kita ingin menggunakan wadah plastik sebaiknya yang agak tebal, akan tetapi bila ingin menyimpan yogurt untuk waktu yang lebih lama sebaiknya menggunakan wadah kaca.
Perlu diketahui bahwa bibit yogurt memang tidak dijual di pasaran secara bebas tetapi dapat juga diperoleh di toko-toko makanan. Atau apabila tersedia kita dapat menggunakan yogurt yang plain (tanpa rasa tambahan), tanpa gula dan tanpa aroma sebagai bibit yogurt. Yogurt dapat disajikan tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga dapat disajikan bersama salad buah sebagai sausnya ataupun sebagai bahan campuran es buah. yogurt.
Selain itu perlu diperhatikan juga bahwa dalam pembuatan dan penyimpanan yogurt, syarat yang paling utama adalah masalah kebersihan yang merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan. Untuk itu sebaiknya semua alat yang akan digunakan direbus terlebih dahulu dalam air mendidih selama 5-10 menit. Karena bila kebersihan tidak dijaga dapat mengakibatkan yogurt tidak jadi dengan ciri-ciri : (1) tidak berasam walaupun berbentuk solid, (2) di permukaan solid ditumbuhi jamur yang berbentuk bintik-bintik hitam dan (3) berbau asam yang sangat tajam. Biasanya untuk yogurt yang dibuat sendiri paling lama penyimpanan sebaiknya selama 1 minggu. Selain masalah kebersihan yang perlu diperhatikan juga masalah penyimpanan. Ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu :
- Yogurt tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
- Yogurt tidak boleh ditaruh dalam suhu ruangan, harus disimpan dalam suhu dingin/kulkas tetapi juga tidak boleh diletakkan dalam freezer. Yogurt tidak boleh disimpan dalam freezer karena bahan dasar yogurt yang berupa susu dapat pecah dan justru itu akan merusak yogurt.
Tips Memilih Yogurt
Bila anda tidak sempat membuat dan ingin membeli yogurt di pasaran maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Pilihlah yogurt yang kental.
- Pilihlah yogurt yang disimpan di suhu dingin jangan yang di luar karena biasanya sudah disteril lagi sehingga mikroorganismenya sudah tidak ada.
- Perhatikan dan cermati labelnya yang plain yogurt atau yang drink yogurt disesuaikan dengan kebutuhan kita.
- Perhatikan dan cermati tanggal kadaluarsanya
(CT-115)
OBAT HERBAL UNTUK MENGOBATI PENYAKIT HELMINTHIASIS (CACING) PADA KAMBING
Salah satu kendala dalam usaha pengembangan peternakan kambing di Indonesia, khususnya di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah penyakit yang disebabkan parasit terutama parasit interna yaitu helminthiasis (penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing). Penyakit yang cukup sering menyerang kambing ini umumnya disebabkan oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini terkadang kurang mendapat perhatian dari peternak kambing terutama jika penyakit masih berlangsung pada tingkat awal disebabkan karena waktu serangan penyakit tersebut sulit diketahui dan gejala klinis yang terjadi masih umum yakni diare, anoreksia (nafsu makan berkurang), penurunan berat badan, kulit kasar dan kusam. Pada kambing penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacing klas nematoda (cacing gilig) dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan meliputi kerugian penurunan produksi daging maupun susu baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terhambatnya pertumbuhan dan produksi serta kematian ternak.
Penyakit cacing yang sering menyerang kambing sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp., Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia, kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Hewan yang terserang penyakit ini biasanya menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam, anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya. Infeksi kronis dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh. Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk memberantas penyakit ini.
Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak, tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50% dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Selain itu keberadaan obat hewan khususnya obat cacing cukup langka di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tetapi penggunaan anthelmentik sendiri dikhawatirkan menimbulkan dampak-dampak negatif diantaranya dapat mengkontaminasi produk hewan (daging dan susu) dan dimungkinkan dapat terjadi resistensi, intoksikasi akibat pemakaian dosis yang berlebihan serta adanya residu dalam tubuh hewan disebabkan parasit cacing memiliki kemampuan genetika untuk mengembangkan sifat kebal terhadap anthelmentik (drug resistant). Kondisi tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu.
Nanas (serbuk kulit buah)
Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing, khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus.
Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah, yaitu :
- Kulit buah nanas dipotong-potong ± 1 cm, dikeringkan selama 10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi serbuk
- Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak
Pepaya (Getah/Perasan Daun/Biji/Akar)
1. Getah pepaya
- Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip
- Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi
- Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
- Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
- Larutan tersebut dimunimkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen
- Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Daun Pepaya
- Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih
- Peras dan saring larutan tersebut
- Hasil perasan diminumkan ke ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Biji Pepaya
Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu lalu minumkan ke ternak
Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2 jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari semala 2-3 hari.
3. Akar Pepaya
Ambil 10 gram akar pepaya yang sudah dikeringkan, tambahkan 100 ml air dan didihkan hingga larutan berkurang setengahnya kira-kira selama 15 menit, lalu disaring dan airnya diminumkan ke ternak
Pinang
Biji buah pinang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih, tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun cukup mudah diantaranya :
Cara 1 :
Ambil 10 biji buah pinang yang hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke ternak
Cara 2 :
- Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga kering lalu tumbuk sampai halus.
- Ambil 1 sendok makan hasil sangrai tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke ternak
- Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam.
Yang perlu diperhatikan :
- Pengobatan ini dilakukan untuk kambing yang sedang bunting
- Sebelum pemberian obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam
- Setelah diobati kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam
4. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut:
- 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
- Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak
5. Biji Labu Kuning
Sebagai anthelmentik, biji labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu lanjutkan dua minggu kemudian.
6. Mentimun
Pemberian buah mentimun segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari.
Untuk pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over Crowded).
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur.
8. Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali apabila telah benar-benar sembuh.
Last but no least, jika sakit berlanjut segera hubungi dokter hewan terdekat.
(CT-115)
Penyakit cacing yang sering menyerang kambing sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp., Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia, kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Hewan yang terserang penyakit ini biasanya menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam, anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya. Infeksi kronis dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh. Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk memberantas penyakit ini.
Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak, tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50% dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Selain itu keberadaan obat hewan khususnya obat cacing cukup langka di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tetapi penggunaan anthelmentik sendiri dikhawatirkan menimbulkan dampak-dampak negatif diantaranya dapat mengkontaminasi produk hewan (daging dan susu) dan dimungkinkan dapat terjadi resistensi, intoksikasi akibat pemakaian dosis yang berlebihan serta adanya residu dalam tubuh hewan disebabkan parasit cacing memiliki kemampuan genetika untuk mengembangkan sifat kebal terhadap anthelmentik (drug resistant). Kondisi tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu.
Nanas (serbuk kulit buah)
Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing, khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus.
Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah, yaitu :
- Kulit buah nanas dipotong-potong ± 1 cm, dikeringkan selama 10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi serbuk
- Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak
Pepaya (Getah/Perasan Daun/Biji/Akar)
1. Getah pepaya
- Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip
- Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi
- Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
- Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
- Larutan tersebut dimunimkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen
- Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Daun Pepaya
- Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih
- Peras dan saring larutan tersebut
- Hasil perasan diminumkan ke ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Biji Pepaya
Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu lalu minumkan ke ternak
Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2 jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari semala 2-3 hari.
3. Akar Pepaya
Ambil 10 gram akar pepaya yang sudah dikeringkan, tambahkan 100 ml air dan didihkan hingga larutan berkurang setengahnya kira-kira selama 15 menit, lalu disaring dan airnya diminumkan ke ternak
Pinang
Biji buah pinang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih, tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun cukup mudah diantaranya :
Cara 1 :
Ambil 10 biji buah pinang yang hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke ternak
Cara 2 :
- Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga kering lalu tumbuk sampai halus.
- Ambil 1 sendok makan hasil sangrai tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke ternak
- Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam.
Yang perlu diperhatikan :
- Pengobatan ini dilakukan untuk kambing yang sedang bunting
- Sebelum pemberian obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam
- Setelah diobati kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam
4. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut:
- 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
- Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak
5. Biji Labu Kuning
Sebagai anthelmentik, biji labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu lanjutkan dua minggu kemudian.
6. Mentimun
Pemberian buah mentimun segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari.
Untuk pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over Crowded).
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur.
8. Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali apabila telah benar-benar sembuh.
Last but no least, jika sakit berlanjut segera hubungi dokter hewan terdekat.
(CT-115)
PRODUK-PRODUK DAGING OLAHAN TINGKATKAN RESIKO KANKER USUS
Dewasa ini telah banyak dikembangkan berbagai macam olahan daging komersial yang cukup laris di pasaran seperti nugget maupun sosis, baik yang terbuat dari daging ayam, sapi maupun ikan yang dikemas dalam bentuk yang cukup menarik dan membuat semua orang baik tua maupun muda pasti tergoda akan kelezatannya. Padahal dibalik kenikmatan rasanya, makanan olahan yang kaya gizi ini ternyata juga mengandung lenak dan kolesterol dengan kadar yang cukup tinggi sehingga dapat mengganggu kesehatan konsumen. Bahkan para ahli di Inggris telah memperingatkan bahwa sepotong sosis dapat meningkatkan resiko kanker usus apabila terlalu sering mengkonsumsi makanan nan lezat ini, dimana tiap 50 gram konsumsi daging olahan ini setiap hari terbukti dapat meningkatkan resiko kanker sebesar 20 persen. Untuk itu diharapkan lebih berhati-hati dalam memilih makanan olahan daging yang siap saji.
Sosis maupun nugget merupakan produk polahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizinya berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya. Produk olahan tersebut kaya energi sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat, namun kandungan kolesterol dan sodiumnya cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi cukup sering dan berlebihan. Bahkan seiring dengan berkembangnya industri pangan, saat ini telah dikembangkan sebuah inovasi baru, yaitu sosis siap makan tanpa perlu dimasak atau dipanaskan terlebih dulu. Dengan begitu, sosis dapat dimakan sebagai snack. Saat ini juga mulai banyak dijual sosis steril, yaitu sosis yang dibuat melalui proses sterilisasi sehingga awet untuk disimpan pada suhu kamar, selama beberapa waktu. Sosis tersebut tinggal dibuka dari kemasannya dan langsung dapat dimakan yang cukup dikenal dalam motonya “Tinggal Lebb, tinggal lebb…!!!” dan cukup menarik minat konsumen terutama anak-anak yang sangat gemar makan makanan siap saji.
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses.
Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin.
Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan.
Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.
Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995) adalah: kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen. Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis. Untuk itu kepada para konsumen khususnya para ibu-ibu diharapkan dapat berhati-hati dalam memilih makanan olahan bagi keluarganya terutama anak-anak. Dalam memilih produk olahan daging sebaiknya perhatikan dan baca dengan seksama label produk sebelum memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsinya.
Guna mensiasati keinginan keluarga terutama anak-anak yang gemar makan produk daging olahan komersial, ada baiknya apabila kita dapat membuat daging olahan sendiri yang lebih terjamin kualitasnya dan tentu saja bebas bahan pengawet maupun pewarna. Berikut dijelaskan cara pengolahan daging ayam menjadi nugget ayam yang dapat dibuat dengan mudah dan tentu saja lebih terjamin kualitasnya.
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan nugget diantaranya:
- 250 gram daging ayam giling
- 1 lembar roti tawar
- 2 butir telur
- 1% lada halus, 2% bawang putih halus dari berat ikan dan garam secukupnya
- 1 biji pala dihaluskan
- 2 buah putih telur
- 0,5 kg tepung roti/panir
- minyak goring secukupnya
Sedangkan cara pengolahan nugget ayam adalah sebagai berikut:
- daging ikan digiling, roti dan telur diblender/mixer
- ditambah bumbu berupa garam, pala, lada, bawang putih dan diaduk sampai rata kurang lebih 5-10 menit
- adonan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam cetakan/loyang yang sudah diolesi dengan minyak sayur dan dilapisi kertas roti
- setelah adonan dituangkan ke dalam loyang, selanjutnya dikukus kurang lebih 30 menit dari saat air dalam dandang mendidih
- tanda adonan matang, apabila adonan ditusuk dengan lidi maka terasa kalis dan tidak lengket
- selesai pengukuran adonan dalam cetakan diangkat dan didinginkan
- setelah dingin adonan nugget diambil dari dalam cetakan dan dipotong seperti jari (menurut selera)
- potong kecil nugget dan diberi panir, kemudian dicelupkan kedalam putih telur dan diberi panir lagi
- selanjutnya digoreng dalam minyak panas terceup semua sampai berubah warna kecoklatan.
Selamat mencoba dan menikmati!!!
(CT-115)
Sosis maupun nugget merupakan produk polahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi. Komposisi gizinya berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya. Produk olahan tersebut kaya energi sehingga dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat, namun kandungan kolesterol dan sodiumnya cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi cukup sering dan berlebihan. Bahkan seiring dengan berkembangnya industri pangan, saat ini telah dikembangkan sebuah inovasi baru, yaitu sosis siap makan tanpa perlu dimasak atau dipanaskan terlebih dulu. Dengan begitu, sosis dapat dimakan sebagai snack. Saat ini juga mulai banyak dijual sosis steril, yaitu sosis yang dibuat melalui proses sterilisasi sehingga awet untuk disimpan pada suhu kamar, selama beberapa waktu. Sosis tersebut tinggal dibuka dari kemasannya dan langsung dapat dimakan yang cukup dikenal dalam motonya “Tinggal Lebb, tinggal lebb…!!!” dan cukup menarik minat konsumen terutama anak-anak yang sangat gemar makan makanan siap saji.
Pada pembuatan sosis, bahan pengawet yang sering digunakan adalah nitrit. Aktivitas antibakteri nitrit telah diuji dan ternyata efektif untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostiridium botulinum, yang dikenal sebagai bakteri patogen penyebab keracunan makanan. Nitrit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora Clostiridium botulinum, Clostiridium perfringens, dan Stapylococcus aureus pada daging yang diproses.
Selain sebagai pengawet, fungsi penambahan nitrit pada proses kuring daging adalah untuk memperoleh warna merah yang stabil. Nitrit akan terurai menjadi nitrit oksida, yang selanjutnya bakal bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin.
Meskipun nitrit sebagai salah satu bahan tambahan pangan memberikan banyak keuntungan, ternyata dari berbagai penelitian telah dibuktikan bahwa nitrit dapat membentuk nitrosamin yang bersifat toksik dan karsinogenik. Nitrosodimetilamin hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan bersifat karsinogen kuat yang bisa memicu penyakit tumor pada beberapa organ tikus percobaan.
Jenis bahan pengawet dan dosis maksimum yang diizinkan pada sosis berdasarkan SNI 01-0222-1995 adalah belerang dioksida (450 mg/kg), kalium nitrat (500 mg/kg), kalium nitrit (125 mg/kg), natrium nitrat (500 mg/kg), serta natrium nitrit (125 mg/kg). Jenis pewarna yang biasa digunakan pada sosis adalah eritrosin dan merah allura, masing-masing dengan kadar maksimal 300 mg/kg.
Ketentuan mutu sosis berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3820-1995) adalah: kadar air maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen. Kenyataannya, banyak sosis di pasaran yang memiliki komposisi gizi jauh di bawah standar yang telah ditetapkan. Hal tersebut menunjukkan pemakaian jumlah daging kurang atau penggunaan bahan tidak sesuai komposisi standar sosis. Untuk itu kepada para konsumen khususnya para ibu-ibu diharapkan dapat berhati-hati dalam memilih makanan olahan bagi keluarganya terutama anak-anak. Dalam memilih produk olahan daging sebaiknya perhatikan dan baca dengan seksama label produk sebelum memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsinya.
Guna mensiasati keinginan keluarga terutama anak-anak yang gemar makan produk daging olahan komersial, ada baiknya apabila kita dapat membuat daging olahan sendiri yang lebih terjamin kualitasnya dan tentu saja bebas bahan pengawet maupun pewarna. Berikut dijelaskan cara pengolahan daging ayam menjadi nugget ayam yang dapat dibuat dengan mudah dan tentu saja lebih terjamin kualitasnya.
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan nugget diantaranya:
- 250 gram daging ayam giling
- 1 lembar roti tawar
- 2 butir telur
- 1% lada halus, 2% bawang putih halus dari berat ikan dan garam secukupnya
- 1 biji pala dihaluskan
- 2 buah putih telur
- 0,5 kg tepung roti/panir
- minyak goring secukupnya
Sedangkan cara pengolahan nugget ayam adalah sebagai berikut:
- daging ikan digiling, roti dan telur diblender/mixer
- ditambah bumbu berupa garam, pala, lada, bawang putih dan diaduk sampai rata kurang lebih 5-10 menit
- adonan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam cetakan/loyang yang sudah diolesi dengan minyak sayur dan dilapisi kertas roti
- setelah adonan dituangkan ke dalam loyang, selanjutnya dikukus kurang lebih 30 menit dari saat air dalam dandang mendidih
- tanda adonan matang, apabila adonan ditusuk dengan lidi maka terasa kalis dan tidak lengket
- selesai pengukuran adonan dalam cetakan diangkat dan didinginkan
- setelah dingin adonan nugget diambil dari dalam cetakan dan dipotong seperti jari (menurut selera)
- potong kecil nugget dan diberi panir, kemudian dicelupkan kedalam putih telur dan diberi panir lagi
- selanjutnya digoreng dalam minyak panas terceup semua sampai berubah warna kecoklatan.
Selamat mencoba dan menikmati!!!
(CT-115)
MANFAAT SUPPLEMENTASI PROBIOTIK DALAM PAKAN TERNAK
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai terapi maupun sebagai bahan aditif (growth promoter) dalam jumlah relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga penggunaan bahan aditif tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar bagi peternak. Namun akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik tersebut mengalami penurunan, disebabkan beberapa hal diantaranya munculnya efek samping berupa residu antibiotik pada produk daging, telur dan susu yang dapat membahayakan konsumen yang mengkonsumsi produk-produk hewan tersebut serta dapat mengakibatkan resistensi mikroorganisme patogen dalam tubuh manusia sebagai konsumen maupun pada ternak itu sendiri (terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostridium perfringens ). Penggunaan senyawa antibiotik ini memang telah menjadi perdebatan yang sangat sengit antara para ilmuwan di beberapa negara Eropa sehingga saat ini sudah tidak mendapat tempat dengan diberlakukannya peraturan untuk membatasi atau melarang penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak, diantaranya Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Selanjutnya Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik dimana selama beberapa dekade terakhir merupakan sustan yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia, akan tetapi pelarangan itu tidak menyeluruh, hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.
Seperti yang dilaporkan di North Carolina (Amerika Serikat), penggunaan antibiotik pada ternak unggas mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli (Samadi, 2002). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa antibiotik terutama sebagai growth promotor, produksi ternak akan mengalami kemerosotan. Kontrol bakteri yang selama ini diperankan oleh Antibiotic Growth Promotor (AGP) hilang sehingga produksi terganggu oleh aktivitas bakteri patogen. Untuk itu perlu adanya upaya yang tidak bersifat kimiawi namun mampu mengambil alih tugas AGP dalam mengkontrol bakteri patogen. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengembangkan alternatif yang sesuai untuk mengatasi dampak yang merugikan dengan pelarangan penggunaan antibiotik. Salah satunya dengan menggunakan bakteri.
Pada dasarnya sistem pengendalian bakteri untuk mengendalikan bakteri di dalam tubuh ada empat macam cara yakni (1) probiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan bakteri tertentu, (2) prebiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan nutrisi yang ditujukan untuk memberi media tumbuh bagi bakteri tertentu, (3) acidifire merupakan cara dimana tubuh ternak diberi tambahan makanan yang berfungsi untuk membantu menciptakan suasana asam di saluran pencernaan, dan (4) enzim merupakan zat yang berfungsi untuk membantu pencernaan zat makanan agar lebih mudah diserap oleh tubuh ternak. Namun dari keempat cara tersebut diatas, probiotik merupakan cara yang paling murah dan mudah didapat.
Saat ini penggunaan probiotik untuk memperbaiki produktivitas ternak semakin banyak menarik perhatian para peneliti maupun praktisi peternakan. Probiotik yang didefinisikan sebagai substrat mikroorganisme yang diberikan kepada manusia atau ternak melaui makanan dan memberikan efek positif dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroorganisme alami di dalam saluran pencernaan, bila diberikan pada ternak dalam periode pertumbuhan akan berdampak lebih nyata. Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain mikroorganisme, dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan. Probiotik yang umum digunakan pada ternak dibagi menjadi dua kelompok yaitu, yang berasal dari bakteri dan fungi. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik pada ternak berasal dari genus Bacillus, Bifidobacterium, Lactobacillus dan Streptococcus. Sementara itu, fungi yang umum digunakan adalah Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisae. Beberapa genus lain seperti Leuconostoc, Pediococcus dan Propionibacterium dapat juga digunakan sebagai probiotik pada ternak (Fuller, 1992). Mikroba tersebut dapat digunakan sebagai probiotik baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi beberapa spesies misalnya probiotik komersial antara lain Starbio, probiotik ”Tumbuh”, Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya.
Penggunaan probiotik dalam ransum ayam dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas ayam. Probiotik juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak didapatkan efek residu pada ternak yang menggunakannya (Bijanti, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dan Wahyu (1996) tentang pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum ayam buras terhadap produksi dan kualitas telur, kadar air feses dan nilai ekonomis membuktikan bahwa ransum dengan 0,25% probiotik menunjukkan peningkatan produksi telur sebanyak 19-26%, pertambahan bobot telur, pengurangan kadar iar dalam faeces (faeces lebih kering), bau faeces berkurang dan peningkatan income over feed sebesar 43%.
Pada penelitian sapi potong dan sapi perah di Jawa Barat membuktikan bahwa pemberian probiotik mampu menaikkan produksi susu 15-20% dan produksi daging 20% sehingga dapat menekan biaya produksi. Pada sapi potong pemberian probiotik menunjukkan pertambahan kenaikan produksi daging mencapai 0,43 kg per ekor per hari pada sapi Brahman Cross dan kenaikan calving rate 50% yaitu dari rata-rata 1,5 menjadi 1 per ekor per tahun atau dari rata-rata 2 ekor anakan dalam 3 tahun menjadi 3 ekor anakan dalam 3 tahun pada sapi jenis Peranakan Onggole.
Produk-produk probiotik juga mampu menurunkan kadar kolesterol yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Dengan pemanfaatan probiotik, kini telah muncul produk ternak seperti telur rendah kolesterol, daging sapi rendah kolesterol, daging broiler bebas residu antibiotik dan banyak produk organik yang lain. Selain itu juga telah tersedia produk probiotik juga mampu mengurangi bau kandang yang berasal dari kotoran ternak. Produk probiotik tersebut mampu mendekomposisi limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Probiotik dapat dibuat dengan biaya relatif murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Probiotik dapat juga digunakan untuk meningkatkan mutu pakan ternak, misalnya dedak padi. Berikut dijelaskan tips mengenai penyimpanan pakan ternak menggunakan probiotik. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat adonan kultur sebagai berikut:
1. Sediakan pakan jadi berbentuk tepung (dedak) sebanyak 20 kg
2. Campurkan ¼ liter probiotik, ¼ liter tetes tebu dan air 10 liter
3. Fermentasikan selama 24 jam
4. Adonan ditempatkan di dalam wadah drum plastik dan ditutup rapat selama 3 hari
Adonan tersebut siap digunakan dan sebaiknya disimpan di tempat sejuk serta hindarkan dari sinar matahari dan air secara langsung. Adonan dapat disimpan dan bertahan selama 1 bulan. Sedangkan dosis dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk ayam starter sediakan 100 kg pakan tepung dan campur sampai rata dengan 7,5 kg adonan kultur
2. Untuk ayam petelur (layer), adonan kultur 5 kg dicampur ke dalam 100 kg pakan jadi tepung
Cara ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu bahan baku seperti dedak, jagung atau campuran keduanya dengan cara yang sama dengan membuat kultur. Selain itu cara ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dedak yang tengik atau menggumpal. Semoga tips ini dapat bermanfaat. Selamat mencoba! (CT-115)
Sumber :
Samadi. 2002. Probiotik Pengganti Antibiotik dalam Pakan ternak. Koran Kompas tanggal 13 September 2002.
Utomo, D. 2002. Apakah Probiotik itu? Pemanfaatan Bakteri untuk Kesejahteraan Hewan ternyata Banyak ragamnya. Infovet Edisi 094-Mei 2002. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Estrada, A. 1997. Advances in feed products through probiotics. Feed Notes. A publication of the Prairie Feed Resource Center. University of Saskatchevan. Canada
Fuller, R. 1989. History and development of probiotics. In: Probiotics The Scientific Basis. Fuller. (Ed). Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, melbourne, madras.
Seperti yang dilaporkan di North Carolina (Amerika Serikat), penggunaan antibiotik pada ternak unggas mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli (Samadi, 2002). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa antibiotik terutama sebagai growth promotor, produksi ternak akan mengalami kemerosotan. Kontrol bakteri yang selama ini diperankan oleh Antibiotic Growth Promotor (AGP) hilang sehingga produksi terganggu oleh aktivitas bakteri patogen. Untuk itu perlu adanya upaya yang tidak bersifat kimiawi namun mampu mengambil alih tugas AGP dalam mengkontrol bakteri patogen. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengembangkan alternatif yang sesuai untuk mengatasi dampak yang merugikan dengan pelarangan penggunaan antibiotik. Salah satunya dengan menggunakan bakteri.
Pada dasarnya sistem pengendalian bakteri untuk mengendalikan bakteri di dalam tubuh ada empat macam cara yakni (1) probiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan bakteri tertentu, (2) prebiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan nutrisi yang ditujukan untuk memberi media tumbuh bagi bakteri tertentu, (3) acidifire merupakan cara dimana tubuh ternak diberi tambahan makanan yang berfungsi untuk membantu menciptakan suasana asam di saluran pencernaan, dan (4) enzim merupakan zat yang berfungsi untuk membantu pencernaan zat makanan agar lebih mudah diserap oleh tubuh ternak. Namun dari keempat cara tersebut diatas, probiotik merupakan cara yang paling murah dan mudah didapat.
Saat ini penggunaan probiotik untuk memperbaiki produktivitas ternak semakin banyak menarik perhatian para peneliti maupun praktisi peternakan. Probiotik yang didefinisikan sebagai substrat mikroorganisme yang diberikan kepada manusia atau ternak melaui makanan dan memberikan efek positif dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroorganisme alami di dalam saluran pencernaan, bila diberikan pada ternak dalam periode pertumbuhan akan berdampak lebih nyata. Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain mikroorganisme, dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan. Probiotik yang umum digunakan pada ternak dibagi menjadi dua kelompok yaitu, yang berasal dari bakteri dan fungi. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik pada ternak berasal dari genus Bacillus, Bifidobacterium, Lactobacillus dan Streptococcus. Sementara itu, fungi yang umum digunakan adalah Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisae. Beberapa genus lain seperti Leuconostoc, Pediococcus dan Propionibacterium dapat juga digunakan sebagai probiotik pada ternak (Fuller, 1992). Mikroba tersebut dapat digunakan sebagai probiotik baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi beberapa spesies misalnya probiotik komersial antara lain Starbio, probiotik ”Tumbuh”, Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya.
Penggunaan probiotik dalam ransum ayam dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas ayam. Probiotik juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak didapatkan efek residu pada ternak yang menggunakannya (Bijanti, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dan Wahyu (1996) tentang pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum ayam buras terhadap produksi dan kualitas telur, kadar air feses dan nilai ekonomis membuktikan bahwa ransum dengan 0,25% probiotik menunjukkan peningkatan produksi telur sebanyak 19-26%, pertambahan bobot telur, pengurangan kadar iar dalam faeces (faeces lebih kering), bau faeces berkurang dan peningkatan income over feed sebesar 43%.
Pada penelitian sapi potong dan sapi perah di Jawa Barat membuktikan bahwa pemberian probiotik mampu menaikkan produksi susu 15-20% dan produksi daging 20% sehingga dapat menekan biaya produksi. Pada sapi potong pemberian probiotik menunjukkan pertambahan kenaikan produksi daging mencapai 0,43 kg per ekor per hari pada sapi Brahman Cross dan kenaikan calving rate 50% yaitu dari rata-rata 1,5 menjadi 1 per ekor per tahun atau dari rata-rata 2 ekor anakan dalam 3 tahun menjadi 3 ekor anakan dalam 3 tahun pada sapi jenis Peranakan Onggole.
Produk-produk probiotik juga mampu menurunkan kadar kolesterol yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Dengan pemanfaatan probiotik, kini telah muncul produk ternak seperti telur rendah kolesterol, daging sapi rendah kolesterol, daging broiler bebas residu antibiotik dan banyak produk organik yang lain. Selain itu juga telah tersedia produk probiotik juga mampu mengurangi bau kandang yang berasal dari kotoran ternak. Produk probiotik tersebut mampu mendekomposisi limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Probiotik dapat dibuat dengan biaya relatif murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Probiotik dapat juga digunakan untuk meningkatkan mutu pakan ternak, misalnya dedak padi. Berikut dijelaskan tips mengenai penyimpanan pakan ternak menggunakan probiotik. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat adonan kultur sebagai berikut:
1. Sediakan pakan jadi berbentuk tepung (dedak) sebanyak 20 kg
2. Campurkan ¼ liter probiotik, ¼ liter tetes tebu dan air 10 liter
3. Fermentasikan selama 24 jam
4. Adonan ditempatkan di dalam wadah drum plastik dan ditutup rapat selama 3 hari
Adonan tersebut siap digunakan dan sebaiknya disimpan di tempat sejuk serta hindarkan dari sinar matahari dan air secara langsung. Adonan dapat disimpan dan bertahan selama 1 bulan. Sedangkan dosis dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk ayam starter sediakan 100 kg pakan tepung dan campur sampai rata dengan 7,5 kg adonan kultur
2. Untuk ayam petelur (layer), adonan kultur 5 kg dicampur ke dalam 100 kg pakan jadi tepung
Cara ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu bahan baku seperti dedak, jagung atau campuran keduanya dengan cara yang sama dengan membuat kultur. Selain itu cara ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dedak yang tengik atau menggumpal. Semoga tips ini dapat bermanfaat. Selamat mencoba! (CT-115)
Sumber :
Samadi. 2002. Probiotik Pengganti Antibiotik dalam Pakan ternak. Koran Kompas tanggal 13 September 2002.
Utomo, D. 2002. Apakah Probiotik itu? Pemanfaatan Bakteri untuk Kesejahteraan Hewan ternyata Banyak ragamnya. Infovet Edisi 094-Mei 2002. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Estrada, A. 1997. Advances in feed products through probiotics. Feed Notes. A publication of the Prairie Feed Resource Center. University of Saskatchevan. Canada
Fuller, R. 1989. History and development of probiotics. In: Probiotics The Scientific Basis. Fuller. (Ed). Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, melbourne, madras.
Langganan:
Postingan (Atom)