Salah satu kendala dalam usaha pengembangan peternakan kambing di Indonesia, khususnya di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah penyakit yang disebabkan parasit terutama parasit interna yaitu helminthiasis (penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing). Penyakit yang cukup sering menyerang kambing ini umumnya disebabkan oleh cara pemeliharaan yang kurang diperhatikan sehingga infeksi yang parah dapat menyebabkan tingkat kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini terkadang kurang mendapat perhatian dari peternak kambing terutama jika penyakit masih berlangsung pada tingkat awal disebabkan karena waktu serangan penyakit tersebut sulit diketahui dan gejala klinis yang terjadi masih umum yakni diare, anoreksia (nafsu makan berkurang), penurunan berat badan, kulit kasar dan kusam. Pada kambing penyakit ini sebagian besar disebabkan oleh cacing klas nematoda (cacing gilig) dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan meliputi kerugian penurunan produksi daging maupun susu baik secara kuantitatif maupun kualitatif, terhambatnya pertumbuhan dan produksi serta kematian ternak.
Penyakit cacing yang sering menyerang kambing sebagian besar disebabkan oleh jenis cacing sebagai berikut: Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp., Trichuris sp., Haemonchus contortus, Taenia sp. Dan masih banyak jenis cacing lain yang merupakan parasit yang cukup patogenik, luas penyebaran dan tingkat infeksinya dapat mencapai 80%, sifat cacing pada umumnya adalah menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan anemia, kadang-kadang juga di jumpai kebengkakan pada rahang bawah dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain. Hewan yang terserang penyakit ini biasanya menunjukkan gejala antara lain tubuh kurus, kulit kasar dan kusam, anoreksia (nafsu makan berkurang), diare, konstipasi dan apabila diseksi (dibedah) dapat dijumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya. Infeksi kronis dapat berjalan lama karena masih adanya sejumlah cacing dalam tubuh ternak, jika disertai asupan nutrisi yang jelek maka berakibat penurunan berat badan dan disertai penurunan protein dalam tubuh. Untuk itu diperlukan penanganan penyakit yang intensif untuk memberantas penyakit ini.
Pengendalian infeksi oleh parasit cacing dapat dilakukan dengan cara mengurangi kontaminasi oleh parasit serta memberikan pengobatan dengan anthelmentik (obat cacing) yang telah teruji efikasinya untuk mengeluarkan parasit dari tubuh ternak, tetapi pada kondisi krisis seperti sekarang ini harga obat cacing semakin mahal dan mungkin tidak terjangkau oleh peternak di pedesaan karena biaya penggunaan obat cacaing dapat mencapai 50% dari seluruh total anggaran biaya pengobatan. Selain itu keberadaan obat hewan khususnya obat cacing cukup langka di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Tetapi penggunaan anthelmentik sendiri dikhawatirkan menimbulkan dampak-dampak negatif diantaranya dapat mengkontaminasi produk hewan (daging dan susu) dan dimungkinkan dapat terjadi resistensi, intoksikasi akibat pemakaian dosis yang berlebihan serta adanya residu dalam tubuh hewan disebabkan parasit cacing memiliki kemampuan genetika untuk mengembangkan sifat kebal terhadap anthelmentik (drug resistant). Kondisi tersebut dapat disiasati dengan penggunaan obat obatan tradisional sebagai alternatif pengobatan infeksi cacing yaitu dengan menggunakan tanaman-tanaman yang dengan mudah didapatkan di sekitar peternakan kambing serta mudah pula pengolahannya. Tanaman-tanaman yang dimaksud antara lain daun/getah pepaya, bawang putih, pinang, kulit nanas dan mengkudu.
Nanas (serbuk kulit buah)
Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi cacing pada kambing, khususnya cacing klas Nematoda. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan keampuhan nanas sebagai obat cacing (anthelmentik) baik secara in vitro maupun in vivo. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa perasan buah nanas mempunyai efek terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro. Selain itu serbuk buah nanas yang dicampur dengan molasses juga mempunyai fungsi sebagai obat cacing seperti yang dilaporkan di Filipina, cukup efektif untuk menanggulangi infeksi cacing pada sapi, kambing maupun domba, sedangkan dalam bentuk bolus dengan dosis 200 mg/kg berat badan berhasil menurunkan jumlah telur cacing dalam faeces kambing. Sementara itu uji terhadap telur cacing menunjukkan bahwa ekstrak methanol kulit buah nanas tua asal Bogor dengan kepekatan 0,06%, kulit buah tua asal Subang 0,125% dan 0,03% secara bermakna berhasil mencegah telur untuk tidak menetas menjadi larva cacing H. contortus.
Pembuatan obat cacing dari kulit buah nanas cukup mudah, yaitu :
- Kulit buah nanas dipotong-potong ± 1 cm, dikeringkan selama 10-14 hari dalam suhu kamar, kemudian digiling hingga menjadi serbuk
- Serbuk kulit nanas (750 mg-1250 mg) dimasukkan dalam 100 ml air, kemudian diaduk sampai rata lalu diperas dengan menggunakan kain dan hasil perasan diminumkan ke ternak
Pepaya (Getah/Perasan Daun/Biji/Akar)
1. Getah pepaya
- Buah pepaya muda yang masih menggantung di pohon ditoreh membujur sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1-2 cm
- Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan wadah dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip
- Tiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30% untuk mencegah oksidasi
- Jemur dibawah sinar matahari atau oven pada suhu 30-60oC sampai kering
- Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk
- Serbuk getah pepaya dicampur dengan air dengan perbandingan 1:5
- Larutan tersebut dimunimkan atau diberikan lewat mulut menggunakan selang yang langsung ditujukan ke rumen
- Dosis untuk ternak : 1,2 gram/kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Daun Pepaya
- Ambil 2-3 lembar daun pepaya yang tidak terlalu muda atau tua, haluskan dengan menambahkan sedikit air matang/bersih
- Peras dan saring larutan tersebut
- Hasil perasan diminumkan ke ternak sebanyak 2-3 sendok makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu 3 kali pemberian
2. Biji Pepaya
Cara 1 : ambil 1 sendok makan biji pepaya, tambahkan sedikit air, haluskan dengan blender, tambahkan 1 sendok makan madu lalu minumkan ke ternak
Cara 2 : biji pepaya dikeringkan lalu giling hingga menjadi serbuk, ambil sebanyak 10 gram dan didihkan bersama 150 ml air hingga larutan mendidih dan berkurang setengahnya, lalu minumkan ke ternak. Pemberian larutan sebaiknya 2 jam sebelum diberi pakan. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari semala 2-3 hari.
3. Akar Pepaya
Ambil 10 gram akar pepaya yang sudah dikeringkan, tambahkan 100 ml air dan didihkan hingga larutan berkurang setengahnya kira-kira selama 15 menit, lalu disaring dan airnya diminumkan ke ternak
Pinang
Biji buah pinang telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai campuran mengunyah sirih, tetapi ternyata biji buah pinang ini juga cukup efektif digunakan sebagai obat cacing. Selain mudah didapat, cara pembuatannya pun cukup mudah diantaranya :
Cara 1 :
Ambil 10 biji buah pinang yang hampir matang/tua, tumbuk hingga halus dan cairannya diminumkan ke ternak
Cara 2 :
- Ambil 10 biji buah pinang, ditumbuk halus, kemudian digoreng tanpa minyak (disangrai) atau bisa juga dijemur hingga kering lalu tumbuk sampai halus.
- Ambil 1 sendok makan hasil sangrai tersebut, kemudian campur dengan 250 ml air matang dan minumkan ke ternak
- Dosis pemberian : 30-50 cc untuk setiap ekor kambing dewasa dengan pemberian 1 bulan sekali. Untuk pengobatan dapat diberikan 1 kali sehari selama 2-3 hari dan biasanya cacing akan keluar dalam waktu 24-48 jam.
Yang perlu diperhatikan :
- Pengobatan ini dilakukan untuk kambing yang sedang bunting
- Sebelum pemberian obat, kambing dipuasakan dahulu selama 12 jam
- Setelah diobati kambing jangan diberi makan dahulu sampai 6 jam
4. Bawang Putih
Khasiat bawang putih sebagai obat cacing sudah tidak diragukan lagi, terutama untuk melawan infestasi cacing klas nematoda. Keuntungan lainnya adalah adanya kandungan antibiotika alami yang cukup aman dan tidak meninggalkan residu pada ternak sehingga dapat pula digunakan pada hewan yang masih muda.
Pembuatan obat cacing dari bawang puith adalah sebagai berikut:
- 2-3 siung bawang putih segar dihancurkan/ditumbuk dan perasannya langsung diminumkan ke ternak, atau bisa juga dicampur dengan konsentrat.
- Dapat juga digunakan daun bawang putih yang ditumbuk dan atau diberikan langsung ke ternak
5. Biji Labu Kuning
Sebagai anthelmentik, biji labu kuning relatif aman untuk kambing muda dan kambing yang sedang bunting maupun laktasi. Caranya adalah dengan menghaluskan biji labu kuning mentah sebanyak 50 gram, diberikan ke ternak dua kali sehari dalam kondisi perut kosong. Untuk pengobatan lakukan pemberian biji labu kuning selama seminggu berturut-turut, lalu lanjutkan dua minggu kemudian.
6. Mentimun
Pemberian buah mentimun segar dapat mencegah terjadinya infestasi cacing. Untuk pengobatan dapat dilakukan pemberian sekali sehari selama 5-7 hari.
Untuk pengendalian dan pencegahan selanjutnya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang (Over Crowded).
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan feses) secara teratur.
8. Segera pisahkan ternak yang terlihat sakit dan kumpulkan kembali apabila telah benar-benar sembuh.
Last but no least, jika sakit berlanjut segera hubungi dokter hewan terdekat.
(CT-115)
makasih infonya sangat bermanfaat
BalasHapus