Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai terapi maupun sebagai bahan aditif (growth promoter) dalam jumlah relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga penggunaan bahan aditif tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar bagi peternak. Namun akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik tersebut mengalami penurunan, disebabkan beberapa hal diantaranya munculnya efek samping berupa residu antibiotik pada produk daging, telur dan susu yang dapat membahayakan konsumen yang mengkonsumsi produk-produk hewan tersebut serta dapat mengakibatkan resistensi mikroorganisme patogen dalam tubuh manusia sebagai konsumen maupun pada ternak itu sendiri (terutama bakteri-bakteri patogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostridium perfringens ). Penggunaan senyawa antibiotik ini memang telah menjadi perdebatan yang sangat sengit antara para ilmuwan di beberapa negara Eropa sehingga saat ini sudah tidak mendapat tempat dengan diberlakukannya peraturan untuk membatasi atau melarang penggunaan zat aditif tersebut dalam pakan ternak, diantaranya Swedia tahun 1986, Denmark tahun 1995, Jerman tahun 1996 dan Swiss tahun 1999. Selanjutnya Masyarakat Uni Eropa berdasar regulasi nomor 1831/2003 menetapkan tonggak pemusnahan berbagai macam antibiotik dimana selama beberapa dekade terakhir merupakan sustan yang kerap digunakan oleh peternak di berbagai belahan dunia, akan tetapi pelarangan itu tidak menyeluruh, hanya terbatas pada jenis antibiotik tertentu misalnya avoparcin (Denmark), vancomycin (Jerman), spiramycin, tylosin, virginamycin dan chinoxalins (Uni Eropa). Hingga kini hanya tersisa empat antibiotik yang masih diizinkan penggunaannya dalam ransum ternak pada masyarakat Eropa yaitu flavophospholipol, avilamycin, monensin-Na dan salinomycin-Na.
Seperti yang dilaporkan di North Carolina (Amerika Serikat), penggunaan antibiotik pada ternak unggas mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli (Samadi, 2002). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tanpa antibiotik terutama sebagai growth promotor, produksi ternak akan mengalami kemerosotan. Kontrol bakteri yang selama ini diperankan oleh Antibiotic Growth Promotor (AGP) hilang sehingga produksi terganggu oleh aktivitas bakteri patogen. Untuk itu perlu adanya upaya yang tidak bersifat kimiawi namun mampu mengambil alih tugas AGP dalam mengkontrol bakteri patogen. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengembangkan alternatif yang sesuai untuk mengatasi dampak yang merugikan dengan pelarangan penggunaan antibiotik. Salah satunya dengan menggunakan bakteri.
Pada dasarnya sistem pengendalian bakteri untuk mengendalikan bakteri di dalam tubuh ada empat macam cara yakni (1) probiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan bakteri tertentu, (2) prebiotik merupakan cara dimana ternak diberi tambahan nutrisi yang ditujukan untuk memberi media tumbuh bagi bakteri tertentu, (3) acidifire merupakan cara dimana tubuh ternak diberi tambahan makanan yang berfungsi untuk membantu menciptakan suasana asam di saluran pencernaan, dan (4) enzim merupakan zat yang berfungsi untuk membantu pencernaan zat makanan agar lebih mudah diserap oleh tubuh ternak. Namun dari keempat cara tersebut diatas, probiotik merupakan cara yang paling murah dan mudah didapat.
Saat ini penggunaan probiotik untuk memperbaiki produktivitas ternak semakin banyak menarik perhatian para peneliti maupun praktisi peternakan. Probiotik yang didefinisikan sebagai substrat mikroorganisme yang diberikan kepada manusia atau ternak melaui makanan dan memberikan efek positif dengan cara memperbaiki keseimbangan mikroorganisme alami di dalam saluran pencernaan, bila diberikan pada ternak dalam periode pertumbuhan akan berdampak lebih nyata. Probiotik dapat mengandung satu atau sejumlah strain mikroorganisme, dalam bentuk powder, tablet, granula atau pasta dan dapat diberikan kepada ternak secara langsung melalui mulut atau dicampur dengan air maupun pakan. Probiotik yang umum digunakan pada ternak dibagi menjadi dua kelompok yaitu, yang berasal dari bakteri dan fungi. Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik pada ternak berasal dari genus Bacillus, Bifidobacterium, Lactobacillus dan Streptococcus. Sementara itu, fungi yang umum digunakan adalah Aspergillus oryzae dan Saccharomyces cerevisae. Beberapa genus lain seperti Leuconostoc, Pediococcus dan Propionibacterium dapat juga digunakan sebagai probiotik pada ternak (Fuller, 1992). Mikroba tersebut dapat digunakan sebagai probiotik baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi beberapa spesies misalnya probiotik komersial antara lain Starbio, probiotik ”Tumbuh”, Probion, Bioplus, EM4 dan sebagainya.
Penggunaan probiotik dalam ransum ayam dilaporkan tidak menimbulkan efek samping, namun penggunaan beberapa tipe probiotik akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas ayam. Probiotik juga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak didapatkan efek residu pada ternak yang menggunakannya (Bijanti, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dan Wahyu (1996) tentang pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum ayam buras terhadap produksi dan kualitas telur, kadar air feses dan nilai ekonomis membuktikan bahwa ransum dengan 0,25% probiotik menunjukkan peningkatan produksi telur sebanyak 19-26%, pertambahan bobot telur, pengurangan kadar iar dalam faeces (faeces lebih kering), bau faeces berkurang dan peningkatan income over feed sebesar 43%.
Pada penelitian sapi potong dan sapi perah di Jawa Barat membuktikan bahwa pemberian probiotik mampu menaikkan produksi susu 15-20% dan produksi daging 20% sehingga dapat menekan biaya produksi. Pada sapi potong pemberian probiotik menunjukkan pertambahan kenaikan produksi daging mencapai 0,43 kg per ekor per hari pada sapi Brahman Cross dan kenaikan calving rate 50% yaitu dari rata-rata 1,5 menjadi 1 per ekor per tahun atau dari rata-rata 2 ekor anakan dalam 3 tahun menjadi 3 ekor anakan dalam 3 tahun pada sapi jenis Peranakan Onggole.
Produk-produk probiotik juga mampu menurunkan kadar kolesterol yang menjadi momok menakutkan bagi masyarakat kelas menengah ke atas. Dengan pemanfaatan probiotik, kini telah muncul produk ternak seperti telur rendah kolesterol, daging sapi rendah kolesterol, daging broiler bebas residu antibiotik dan banyak produk organik yang lain. Selain itu juga telah tersedia produk probiotik juga mampu mengurangi bau kandang yang berasal dari kotoran ternak. Produk probiotik tersebut mampu mendekomposisi limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian.
Probiotik dapat dibuat dengan biaya relatif murah dan merupakan produk yang ramah lingkungan. Probiotik dapat juga digunakan untuk meningkatkan mutu pakan ternak, misalnya dedak padi. Berikut dijelaskan tips mengenai penyimpanan pakan ternak menggunakan probiotik. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat adonan kultur sebagai berikut:
1. Sediakan pakan jadi berbentuk tepung (dedak) sebanyak 20 kg
2. Campurkan ¼ liter probiotik, ¼ liter tetes tebu dan air 10 liter
3. Fermentasikan selama 24 jam
4. Adonan ditempatkan di dalam wadah drum plastik dan ditutup rapat selama 3 hari
Adonan tersebut siap digunakan dan sebaiknya disimpan di tempat sejuk serta hindarkan dari sinar matahari dan air secara langsung. Adonan dapat disimpan dan bertahan selama 1 bulan. Sedangkan dosis dan cara penggunaannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk ayam starter sediakan 100 kg pakan tepung dan campur sampai rata dengan 7,5 kg adonan kultur
2. Untuk ayam petelur (layer), adonan kultur 5 kg dicampur ke dalam 100 kg pakan jadi tepung
Cara ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu bahan baku seperti dedak, jagung atau campuran keduanya dengan cara yang sama dengan membuat kultur. Selain itu cara ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dedak yang tengik atau menggumpal. Semoga tips ini dapat bermanfaat. Selamat mencoba! (CT-115)
Sumber :
Samadi. 2002. Probiotik Pengganti Antibiotik dalam Pakan ternak. Koran Kompas tanggal 13 September 2002.
Utomo, D. 2002. Apakah Probiotik itu? Pemanfaatan Bakteri untuk Kesejahteraan Hewan ternyata Banyak ragamnya. Infovet Edisi 094-Mei 2002. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Estrada, A. 1997. Advances in feed products through probiotics. Feed Notes. A publication of the Prairie Feed Resource Center. University of Saskatchevan. Canada
Fuller, R. 1989. History and development of probiotics. In: Probiotics The Scientific Basis. Fuller. (Ed). Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, melbourne, madras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar